BAB I
PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Misalnya yaitu, pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di lahan-lahan pinggir jalan sehingga mengganggu ketertiban lalu lintas yang akhirnya menimbulkan kemacetan jalanan kota.
Bagi kota-kota besar di Indonesia, persoalan kemiskinan merupakan masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kemiskinan yang kronis dan kemudian menyebabkan lahirnya berbagai persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk menangani dan mengawasinya.
Masyarakat miskin di perkotaan itu perlu dikupas akar masalahnya dan merumuskan solusi terbaik bagi kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah kemauan mereka untuk menjadi sumber masalah bagi kota namun karena faktor-faktor ketidakberdayaanlah yang membuat mereka terpaksa menjadi ancaman bagi eksistensi kota.
Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan. Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya. Disamping itu, Mc Gee (1971) memandang bahwa perpindahan penduduk ke kota sering mengakibatkan urban berlebih yang pada akhirnya menimbulkan banyak masalah yang berhubungan dengan pengangguran, ketidakpuasan di bidang sosial dan ekonomi. Karena itulah penulis tertarik untuk membahas tentang pemukiman kumuh dan upaya untuk mengatasinya di perkotaan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
- Apa sajakah faktor penyebab munculnya perkampungan kumuh di tengah perkotaan?
- Apa sajakah dampak munculnya perkampungan kumuh di tengah perkotaan?
- Apa sajakah upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
- Mengidentifikasi faktor penyebab munculnya perkampungan kumuh di tengah perkotaan.
- Mendeskripsikan dampak munculnya perkampungan kumuh d tengah perkotaan.
- Mendeskripsikan upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab Munculya Perkampungan Kumuh di Tengah PerkotaanPermukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh.
Masrun (2009) memaparkan bahwa pengertian permukiman kumuh mengacu pada aspek lingkungan hunian atau komunitas. Permukiman kumuh dapat diartikan sebagai suatu lingkungan permukiman yang telah mengalami penurunan kualitas atau memburuk (deteriorated) baik secara fisik, sosial ekonomi maupun sosial budaya, yang tidak memungkinkan dicapainya kehidupan yang layak bagi penghuninya, bahkan dapat pula dikatakan bahwa para penghuninya benar-benar dalam lingkungan yang sangat membahayakan kehidupannya.
Karakteristik Permukiman Kumuh : (Menurut Johan Silas)
- Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6 m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.
- Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi. Hampir setiap orang tanpa syarat yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun, selalu dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu” seperti residivis, WTS dan lain-lain.
- Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang perlu dibenahi.
- Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas, namun masih dapat ditingkatkan.
- Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan rendah
- Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang paling bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.
- Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program pembangunan kota pada umumnya.
- Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang satu, tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.
- Berada di lokasi tidak legal
- Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah (miskin)
- Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota
- Tidak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)
- Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal), ada sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum walau tidak selalu murah.
Adanya perkampungan kumuh di tengah perkotaan disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
- Mobilitas Penduduk
- Ledakan Penduduk di Kota-Kota Besar
- Fenomena Inundasi
- Urbanisasi
- Tata-kelola Pemerintahan (Governance)
B. Dampak Munculnya Perkampungan Kumuh di Tengah Perkotaan
Dampak munculnya perkampungan kumuh di perkotaan adalah sebagai berikut:
- Perilaku Menyimpang Masyarakat Miskin
Wujud perilaku menyimpang di permukiman kumuh ini berupa perbuatan tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan kotoran di sembarang tempat. Juga termasuk perbuatan menghindari pajak, tidak memiliki KTP dan menghindar dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti gotong-royong dan kegiatan sosial lainnya.
Bagi kalangan remaja dan pengangguran, biasanya penyimpangan perilakunya berupa mabuk-mabukan, minum obat terlarang, pelacuran, adu ayam, bercumbu di depan umum, memutar blue film, begadang dan berjoget di pinggir jalan dengan musik keras sampai pagi, mencorat-coret tembok/bangunan fasilitas umum, dan lain-lain.
Akibat lebih lanjut perilaku menyimpang tersebut bisa mengarah kepada tindakan kejahatan (kriminal) seperti pencurian, pemerkosaan, penipuan, penodongan, pembunuhan, pengrusakan fasilitas umum, perkelahian, melakukan pungutan liar, mencopet dan perbuatan kekerasan lainnya.
- Lingkungan Menjadi Tempat Pembuangan Sampah
- Terbatasnya Sarana Air Bersih
- Menurunnya Kualitas Air Sungai
- Kesehatan Masyarakat Miskin Terganggu
C. Upaya Mengatasi Munculnya Perkampungan Kumuh di Tengah Perkotaan
Adapun upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah sebagai berikut:
- Peremajaan Kota
- Perbaikan lingkungan permukiman
- Pembangunan rumah susun sebagai pemecahan lingkungan kumuh
- Peremajaan yang bersifat progresif oleh kekuatan sektor swasta seperti munculnya super blok (merupakan fenomena yang menimbulkan banyak kritik dalam aspek sosial yaitu penggusuran, kurang adanya integrasi jaringan dan aktifitas trafik yang sering menciptakan problem diluar super blok). Faktor tunggalnya adalah pihak swasta besar.
- Transmigrasi
- Program Perbaikan Kampung
Menurut ahli tata kota Darrundono, proyek MHT mendapat pengakuan dunia sebagai pola perbaikan perkampungan yang ideal dari Yayasan Aga Khan. Pemerintah Pusat di era Orde Baru mengadopsinya sebagai kebijakan nasional dalam menangani perumahan dan permukiman perkotaan.
Selain itu penghargaan dari Konferensi Habitat II di Istanbul Turki pada 1996 dan Cities Alliance di Washington DC pada 1999 yang menilai MHT sebagai proyek yang tepat dalam menyelesaikan masalah permukiman di negara berkembang. Masih banyak lagi program perbaikan perkampungan yang dilakukan oleh Pemprov DKI. Meskipun faktanya sampai saat ini sejumlah program itu belum membuahkan hasil memuaskan, namun jika program-program tersebut lebih ditegakkan maka akan mengurangi jumlah perkampungan kumuh di perkotaan.
- Penyuluhan oleh Pemerintah Daerah Setempat
Upaya di bidang penanggulangan permukiman kumuh, dengan cara yang lebih manusiawi dan mempertimbangkan jalan keluar terbaik dan memihak kepada kepentingan kaum migran. Penganggulangan tidak dilakukan secara brutal dengan menggusur tanpa pemberitahuan dan batas waktu yang cukup. Perlakuan dan pemberian sanksi keras, seperti denda yang berlebihan, penyitaan terhadap harta benda, atau pemberian ganti rugi yang menekan harus dihindari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di
kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang
tidak terkendali. Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan
antara pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk
menyediakan permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan
mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan
kehidupan di kota.Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area. Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit dan tidak memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai air bersih, jaringan listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak memadai.
- Faktor penyebab munculnya perkampungan kumuh di tengah perkotaan, meliputi:
- Mobilitas Penduduk
- Ledakan Penduduk di Kota-Kota Besar
- Fenomena Inundasi
- Urbanisasi
- Tata-kelola Pemerintahan (Governance)
- Dampak munculnya perkampungan kumuh di tengah perkotaan, meliputi :
- Kesehatan Masyarakat Miskin Terganggu
- Lingkungan Menjadi Tempat Pembuangan Sampah
- Terbatasnya Sarana Air Bersih
- Menurunnya Kualitas Air Sungai
- Perilaku Menyimpang Masyarakat Miskin
- Upaya mengatasi munculnya perkampungan kumuh di tengah perkotaan, meliputi :
- Peremajaan Kota
- Transmigrasi
- Program Perbaikan Kampung
- Penyuluhan oleh Pemerintah Daerah Setempat